anti klik kanan

kursor

Follow me on Twitter

Minggu, 13 Januari 2013

[FILM] Yes or No 2 (2012)

Yes or No 2 mengisahkan tahun ketiga hubungan Pie dan Kim. Keduanya kini sedang dalam masa akhir perkuliahan dan masing-masing harus berpisah untuk menjalani kegiatan magang (internship); Kim harus bekerja di sebuah daerah pertanian di provinsi Nan, Thailand utara, dan Pie harus magang ke sebuah kawasan perikanan di Thailand selatan. Di awal kisah, diceritakan Pie berat hati harus berpisah dari Kim. Tapi Kim menyakinkan bahwa mereka masih bisa telepon atau sms dan saling kunjungi kalau ada waktu. Sebelum berpisah, Kim menghadiahi Pie sebuah kalung berbentuk kupu-kupu. Di dalam lipatan kalung itu, Kim menyelipkan segulung kecil tulisan yang hanya boleh dibuka oleh Pie bilamana Pie tiba-tiba tak lagi cinta pada Kim.

Di Nan, Kim bertemu dengan Yam, seorang gadis cantik dan seksi (diperani oleh Apittha Kalay-Udom) yang—seperti Anda tebak—juga jatuh hati pada Kim, dan—mungkin juga seperti Anda tebak—Kim tidak menampik cinta gadis ini. Yam yang lucu, cerdas dan banyak bicara itu mewarnai hari-hari Kim, yang kadang-kadang membuat Kim lupa memenuhi tuntutan Pie untuk meneleponnya setiap pukul 8 malam.
Di lain pihak, di tempat magangnya, Pie ditaksir oleh seorang laki-laki peserta magang bernama Maysa (diperani oleh Pempreda Sakulsiripong), yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Pie. Konflik mulai muncul manakala Kim mengunjungi Pie di tempat magangnya. Kim mulai merasa Pie banyak menuntut, antara lain minta Kim memanjangkan rambut. Kim kemudian balik ke Nan dan mulai jarang menelepon Kim.
Merasa sulit menghubungi Kim, Pie menyusul Kim ke Nan dan memergoki Kim bermesraan dengan Yam. Pie melihat ini sebagai ancaman serius bagi cintanya pada Kim, apalagi Pie tahu persis Kim juga memberi perhatian khusus pada Yam.
Kecewa, dan terbebani oleh perasaan ingin mematuhi keinginan ibunya, Pie meninggalkan Kim. Ketika Kim membuka gulungan kertas dalam lipatan kalung kupu-kupu, ia mendapati tulisan ‘come back to me, I love you’.
Tapi Pie tak langsung mencari Kim. Ia perlu menguji cintanya pada perempuan tomboy itu, dan ini berlangsung setahun. Di akhir kisah, mereka dipertemukan secara tidak sengaja dalam sebuah acara pameran produk pertanian. Pie marah pada penyelenggara pameran karena lahan pamerannya diserobot peserta lain, yang tak bukan adalah Kim, yang kini berambut panjang dan lebih feminin.
Mereka kemudian punya waktu untuk mengeluarkan isi hati masing-masing. Kim menjelaskan ia sebenarnya tak pernah bisa berpaling dari Kim dan tak pernah sekejap pun berhenti memikirkan Pie. Kim juga bilang ia akan mencoba menuruti kemauan Pie. Di akhir film, Kim berkata pada Pie, “will you marry me?”. Pie terperangah. Sebelum Pie sempat bicara, Kim bilang, ‘lelaki dan perempuan yang sudah memiliki anak pun bisa berpisah. Kita akan mencoba untuk saling cinta dan selalu bersama”.
Pie luluh. Mereka berpelukan, dan berbaikan.
Film ini disutradarai oleh Sarasawadee Wongsompetch, sutradara muda yang juga adalah seorang lesbian. Tak diceritakan apakah para pemeran lesbian dalam film itu adalah juga lesbian dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Yang jelas, film yang ditulis oleh Lalanon ini adalah film Thailand pertama bertema hubungan lesbian . Sebelumnya, pada tahun 2007, ada film ‘Love of Siam’ yang bertema percintaan sesama lelaki.
Bagaimana tanggapan publik Thailand terhadap film ini, terutama terhadap adegan mesra Kim dan Pie (beberapa kali adegan ciuman bibir)? Ternyata adem ayem, kecuali situs ‘filmbiz’ yang tak habis pikir kenapa film ini laris manis ditonton bahkan oleh lelaki-perempuan normal di tengah budaya Thailand yang sebenarnya masih konservatif dalam menyikapi fenomena seperti yang tergambar dalam film.
Boleh jadi, yang membuat film ini jadi menarik adalah kepiawaian penulis skenario (ditulis oleh Nepali) yang berusaha menyajikan masalah tanpa menggurui dan menyiratkan pesan bahwa fenomena ini bisa terjadi di masyarakat manapun, dan kehandalan penata kamera (Ruengwit Ramasoota) yang sukses menyuguhkan gambar-gambar apik dan dan colorful, terutama dalam Yes or No 2 yang dishot di lokasi pertanian kaya warna dan rona-rona ceria.
Selebihnya, bila Anda berminat menyimak film ini, mungkin Anda harus rela hati melebarkan sudut pandang untuk mencoba melihat dan memahami fenomena keragaman dan kehidupan  di masyarakat dunia dengan lebih lentur. Kisah Kim dan Pie menyiratkan pesan bahwa, percintaan sesama jenis ini tidak instan, tidak langsung jadi dan bukan manisfestasi luapan nafsu, melainkan sebuah proses yang panjang, yang mereka lalui dengan berbagai ujian.

Sumber : Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar